Mata Kuliah: Etika Bisnis #
BAB 9 : Hubungan Perusahaan dengan Stakeholder,
Lintas Budaya dan Pola Hidup, Audit Sosial
1.
Bentuk Stakeholder
Stakeholders dapat diartikan sebagai
segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya
bilamana isu periklanan, maka stakeholder dalam hal ini adalah pihak-pihak yang
terkait dalam isu periklanan, seperti nelayan, masyarakat pesisir, pemilik
kapal, anak buah kapal, pedagang ikan ,pengelah ikan, pembudidaya ikan,
pemerintah, pihak swasta dibidang periklanan, dan sebagainya. Stakeholder dalam
hal ini juga dinamakan pemangku kepentingan. Lembaga-lembaga telah menggunakan
istilah stakeholder ini secara luas kedalam proses pengambilan dan implementasi
keputusan. Secara sederhana stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak,
lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu isi atau rencana.
Stakeholder menurut definisinya adalah kelompok atau individu yang dukungannya
diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi. stakeholder
dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok yaitu stakeholder primer,
sekunder dan stakeholder kunci.
Macam-Macam Stakeholder.
1) Stakeholder Primer
Adalah ‘pihak dimana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan
organisasi tidak dapat bertahan.’ Contohnya Pemilik modal atau saham, kreditor,
karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan. Menurut
Clarkson, suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu
system stakeholder primer yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara
kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung
jawab yang berbeda. Perusahaan ini juga harus menjalin relasi bisnis yang baik
dan etis dengan kelompok ini.
2) Stakeholder Sekunder
Didefinisikan sebagai ‘pihak yang mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan
perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup perusahaan.’
Contohnya Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa,
kelompok pendukung, masyarakat. Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini
untuk kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan
dengan mengganggu kelancaran bisnis perusahaan. Pemerintah setempat, pemerintah
asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat.
3) Stakeholder Kunci
Merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal
dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur
eksekutif sesuai levelnya, legislatif dan instansi. Stakeholder kunci untuk
suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten. Yang termasuk dalam
stakeholder kunci yaitu, Pemerintah Kabupaten, DPR Kabupaten dan Dinas yang
membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
2.
Stereotype,
Prejudice, Stigma Sosial
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang
hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat
dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan
secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan
membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat
berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan
untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk
stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki
sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai
disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe:
psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi
tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada
hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.
Para humanis berorientasi psikoanalisis (mis. Sander Gilman) menekankan bahwa
stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan
ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang
sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun
beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe
sesuai dengan fakta terukur.
Prasangka (pejudice) berarti membuat
keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut.
Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum
memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut.
Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras.
Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh
oleh alasan rasional.
Stigma Sosial adalah tidak diterimanya
seseorang pada suatu kelompok karena kepercayaan bahwa orang tersebut melawan
norma yang ada. Stigma sosial sering menyebabkan pengucilan seseorang ataupun
kelompok. Contoh sejarah stigma sosial dapat terjadi pada orang yang berbentuk
fisik kurang atau cacat mental, dan juga anak luar kawin, homoseksual atau
pekerjaan yang merupakan nasionalisasi pada agama atau etnis, seperti menjadi
orang Yahudi atau orang Afrika Amerika. Kriminalitas juga membawa adanya stigma
sosial.
3.
Mengapa
Perusahaan Harus Bertanggung Jawab
Tanggung jawab Sosial Perusahaan
atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat
CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)
perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan
“pembangunan berkelanjutan”, di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau devidenmelainkan juga
harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk
jangka panjang.
Pengertian tanggung jawab social
perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik,
melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan
bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
4.
Komunitas
Indonesia dan Etika Bisnis
Dalam kehidupan komunitas atau
komunitas secara umum, mekanismne pengawasan terhadap tindakan
anggota-anggota komunitas biasanya berupa larangan-larangan dan sanksi-sanksi
sosial yang terimplementasi di dalam aturan adat. Sehingga tampak bahwa
kebudayaan menjadi sebuah pedoman bagi berjalannya sebuah proses kehidupan
komunitas atau komunitas. Tindaka karyawan berkenaan dengan perannya dalam
pranata sosial perusahaan dapat menentukan keberlangsungan aktivitas.
Kelompok komunitas yang terarah yang
dilakukan oleh sebuah organisasi untuk bekerjadengan auditor sosial dalam
mereview. Pemeriksaan sosial dan mengambil tempat dalam pertemuan review.
Buku catatan sosial diartikan oleh
informasi yang rutin dikumpulkan selama setahun untuk mencatat wujud dalam
kaitannya pada pernyataan sasaran sosial.
1. Stakeholder
Orang
atau kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas organisasi
atau perusahaan.
2.
Target
Suatu
tingkat keinginan yang dicapai dan biasanya didasari pada perencanaan yang telahdisusun
sebelumnya.
3. Transparasi
Sebuah
organisasi, dalam perhitungan yang terbuka dalam perhitungan sosial
bahwastakeholder mempunyai pemahaman yang baik tentang organisasinya dan
tingkah lakunyayang diwujudkan dan bagaimana hal tersebut dilaksanakan.
4. Triple
bottom line
Sebuah
organisasi menciptakan laporan tahunan yang mencakup finansial, lingkungan
dangambaran sosial. Nilai (value)Kunci dari prinsip-prinsip yang diatur
oleh beroprasinya organisasi dan yang mempengaruhi jalannya organisasi
serta tingkah laku anggota-anggotanya.
5. Verifikasi
Sebuah
proses dari audit sosial dimana orang auditor dan laporan auditnya dibuat panel
yangmenyertakan perhitungan sosial dan informasi yang didasari pada apa yang
akandilaksanakan dan pernyataan-pernytaan yang didasari pada kompotensi serta
data yangreliabel.
6. Pernyataan
visi
(sebagai
pernyataan misi) sebuah kalimat atau lebih kalimat yang secara jelas dan
nyatamembawa inti dari organisasi tentang kesiapan serta pengrtian yang mudah
diingat.
7. Kertas
informasi
Auditing
sosial mengecek bahwa kita sudah berada pada jalur yang benar.
8. Audit social
Adalah
proses dimana sebuah organisasi dapat menaksir untuk keberadaan sosialnya,
laporan pada organisasi tersebut dan mningkatkan keberadaannya.
5.
Dampak
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,
apabila dilaksanakan dengan benar, akan memberikan dampak positif bagi
perusahaan, lingkungan, termasuk sumber daya manusia, sumber daya alam dan
seluruh pemangku kepentingan dalam masyarakat. Perusahaan yang mampu sebagai
penyerap tenaga kerja, mempunyai kemampuan memberikan peningkatan daya beli
masyarakat, yang secara langsung atau tidak, dapat mewujudkan pertumbuhan
lingkungan dan seterusnya. Mengingat kegiatan perusahaan itu sifatnya simultan,
maka keberadaan perusahaan yang taat lingkungan akan lebih bermakna.
Pada dasarnya setiap kegiatan
perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam, pasti mengandung nilai
positif, baik bagi internal perusahaan maupun bagi eksternal perusahaan dan
pemangku kepentingan yang lain. Meskipun demikian nilai positif tersebut dapat
mendorong terjadinya tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang akhirnya
mempunyai nilai negatif, karena merugikan lingkungan, masyarakat sekitar atau
masyarakat lain yang lebih luas. Nilai negatif yang dimaksud adalah seberapa
jauh kegiatan perusahaan yang bersangkutan mempunyai potensi merugikan
lingkungan dan masyarakat. Atau seberapa luas perusahaan lingkungan terjadi
sebagai akibat langsung dari kegiatan perusahaan.
6.
Mekanisme
Pengawasan Tingkah Laku
Mekanisme Pengawasan Tingkah Laku
Mekanisme dalam pengawasan terhadap para karyawan sebagai anggota komunitas
perusahaan dapat dilakukan berkenaan dengan kesesualan atau tidaknya tingkah
laku anggota tersebut denga budaya yang dijadikan pedoman korporasi yang
bersangkutan.
Mekanisme pengawasan tersebut
berbentuk audit sosal sebagai kesimpulan dari monitoring dan evaluasi yang
dilakukan sebelumnya. Monitoring da evaluasi terhadap tingkah laku anggota
suatu perusahaan atau organisasi pada dasarnya harus dilakukan oleh perusahaan
yang bersangkutan secara berkesinambugan. Monitoring yang dilakuka sifatnya
berjangka pendek sedangkan evaluasi terhadap tingkah laku anggota perusahaan
berkaitan dengan kebudayaan yang berlaku dilakukan dalam jangka panjang.
Hal dari evaluas tersebut menjadi
audit sosial.Pengawasa terhadap tingkah laku dan peran karyawan pada dasarnya
untuk menciptakan kinerja karyawan itu sendiri yang mendukung sasaran dan
tujuan dari proses berjalannya perusahaan. Kinerja yang baik adalah ketika
tindakan yang diwujudkan sebagai peran yang sesuai dengan status dalam pranata
yang ada dan sesuai dengan budaya perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena
itu, untuk mendeteksi apakah budaya perusaaan telah menjadi bagian dalam
pengetahuan budaya para karyawannya dilakukan audit sosal dan sekaligus
merencanakan apa aja yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menguatkan
nilai-nilai yang ada agar para karyawan sebagai anggota perusahaan tidak
memunculkan pengetahuan budaya yang dimilikinya di luar lingkungan perusahaan.
Dalam kehidupan komunitas atau
komunitas secara umum, mekanismne pengawasan terhadap tindakan anggota-anggota
komunitas biasanya berupa larangan-larangan dan sanksi-sanksi sosial yang
terimplementasi di dalam atura adat. Sehingga tampak bahwa kebudayaan menjadi
sebuah pedoman bagi berjalannya sebuah proses kehidupan komunitas atau
komunitas. Tindaka karyawan berkenaan dengan perannya dalam pranata sosial
perusahaan dapat menen tukan keberlangsungan aktivitas.
Referensi Bab 7, 8, 9, 11 & Bab 13
Arijanto,
Agus., Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis, Edisi ketiga, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2011.
Ernawan, Erni. 2011. Business Ethics. Penerbit: Alfabeta. Bandung.
Foto
Kelompok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar