Artikel Narasi
Rindu Sahabat.
Hai, apa kabar Rani
sahabatku?
Hati ini rindu ingin
bertemu denganmu, mungkin aku yang terlalu mengenangmu dan menginginkan kehadiranmu
disini.
Seperti apa wajahmu
kini, masihkah seperti dulu yang lugu, tanpa hiasan wajah apapun yang menempel
diwajah cantikmu.
Aku mengingatmu,
mengingat hari hari yang telah kita lewati berdua, canda tawamu yang selalu mewarnai
hariku, keceriaanmu yang membuatku bahagia dan perhatianmu yang selalu menjadi
semangat untuk hari-hariku.
Sahabat, ingatkah kamu
saat kita pergi sekolah bareng, saat kita Les bareng dan saat kita belajar
bareng. Disitu selalu terselip keceriaan dari wajahmu yang takkan pernah ku
lupakan.
Namun, sekarang hanya
tinggal kenangan. Tidak ada lagi waktu untuk bertemu. Jarak memisahkan kita dan
waktu yang belum memberikan kita kesempatan untuk bertemu.
Aku rindu denganmu
sahabatku.. kapan kita bisa seperti dulu? yang selalu bersama, kamu
mengajarkanku untuk selalu ceria, percaya diri dan aku rindu keunikan kamu yang
tak hentinya membuatku tertawa.
Seminggu hingga 2 bulan
kamu masih bisa ikut dengan papahmu untuk mengurusi urusan disini dan kita
masih bisa mencari kesempatan untuk bertemu walau dengan waktu yang sangat
singkat.
Saat terakhir kamu
kembali kesini kamu bilang kepadaku “ Hari ini papahku terakhir mengurusi
urusan disini, aku tidak akan kesini lagi. Kita jalan-jalan yuk, cari
kenang-kenangan buat kita”. Kita pergi kesebuah toko baju dan kita membeli baju
yang samaan. Cukup susah untuk menyamakan baju yang ingin kita pilih, karena
kamu mempunyai badan kecil sedangkan aku lebih besar darimu. Tapi ada salah
satu baju yang menarik perhatianmu, akupun mengalah karena walaupun tidak bisa
aku pakai, namun bisa aku simpan selamanya dan menjadi kenang-kenangan darimu.
Hari terakhir itu kita
diberikan waktu yang cukup lama untuk berdua, bersenang-senang tak menghiraukan
cuaca yang sangat terik. Kenang-kenangan darimu tak cukup hanya baju yang kita
beli samaan, namun kamu mengajakku untuk pergi kesebuah toko kado untuk membeli
kalung hati yang dapat dipisahkan dan menyatu kembali bila didekatkan. Kamu juga
memberiku gantungan handphone keropi yang merupakan tokoh kodok hijau imut
kesukaan kamu.
Sahabat, aku
merindukanmu.. hanya barang-barang itu yang dapat aku lihat saat ini, tapi
bukan itu yang aku inginkan. Aku ingin kamu berada disini menemaniku
dihari-hariku yang cukup membosankan tidak ada keceriaan darimu dengan keunikan
yang ada pada diri kamu.
Setelah kamu pergi, aku
bagaikan teman yang tidak ada apa-apanya untukmu. Percakapan singkat darimu
hanyalah bertahan hingga beberapa bulan saja, aku akuin aku yang salah karena aku
sering ganti nomer handphone dan nomermu hilang di kontak handphoneku. Tapi disaat
aku ingin kembali menghubungimu aku takut, aku takut kamu tidak perduli lagi
denganku karena kamu sudah mendapatkan banyak teman disana yang dapat membuatmu
jauh lebih banyak pengetahuan, banyak teman dan kamu sudah berbeda
pergaulannya.
Awal aku ingin menyapamu
kembali, aku mencari twitter kamu dan aku sangat kaget melihatmu yang sekarang sangat
aktif dengan media sosial. Rani yang aku kenal adalah Rani yang tidak tertarik
dengan media sosial, aku melihat dan membaca semua postingan ditwitternya
membuatku mengurungkan diri untuk menyapanya.
Aku hanya bisa mengenangmu
ditemani dengan lagu kesukaanmu yang kamu berikan untukku saat kita akan
berpisah, lagu yang sangat sedih dan menyentuh karena liriknya sama dengan yang
kita rasakan yaitu perpisahan.
Tepat dihari ulang
tahunku, Rani mengucapkan selamat ulang tahun untuku.
“Okktaaa Happy Birthday
ya cantik... semoga kita bisa main bareng lagi yaaa hehe (tanda peluk)” Ucapan
yang ceria dari Rani.
“Ia Rani, Aamiin .. ah
kalau doa doang tapi ga ada usahanya mah sia-sia aja huhu” Balasanku yang pada
saat itu aku merasa senang dicampur sedih.
“Nanti diusahain yaaa
sayaanng” Balasan yang cukup membuatku tersenyum.
Hari demi hari, waktu
terus berjalan, kita pun sudah aktif berkuliah, mulai sibuk dengan kegiatan
masing-masing dan kamu pun seolah-olah mulai menghilang. Percakapan kita
ditwitter seakan terlupakan. Kini tiada lagi komunikasi melalui SMS, telepon,
bahkan media sosial, aku hanya berani diam-diam untuk melihat semua aktivitas
kamu dari media sosialmu yang hampir setiap harinya kamu update namun aku tidak
ingin menyapamu karena aku takut mengganggu kehidupan kamu yang sekarang sudah
begitu bahagai dengan teman barumu.
Sahabat.. jika kelak
nanti kita dipertemukan kembali, masihkah ada perasaanmu kepadaku seperti
dahulu? Apakah kamu sudah berubah? Akankah terasa canggung dan kaku bila kita
dipertemukan kembali? Apakah kamu masih seperti dulu? wanita yang cantik, lucu,
berambut panjang bergelombang, wajah yang ceria dan ketawamu yang selalu
menggelitikku.
Aku sayang kamu
sahabat..
Sahabat selamat
melanjutkan langkahmu, selamat berjumpa lagi ditangga kesuksesan dengan senyum
yang lebih indah.
Penulis: Oktarina Dwi Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar